KAJIAN

27-06-2013

بِسْــــــــــــــــمِ اللّــــهِ الرَّحْمَــــــــنِ الرَّحِيْــــــــمِ

MENYAMBUT RAMADHAN

1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)

Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.

2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.

3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).

Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.

4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.

5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]

6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.

7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]

8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.

9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan:

· buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur.

· membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.

10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

11. Meminta maaf kepada saudara saudara muslim terutama orang tua.


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>ooOoo<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

14-06-2013

Tahukah Anda, Orang bisa kafir dan masuk neraka hanya karena seekor Lalat??

بِسْــــــــــــــــمِ اللّــــهِ الرَّحْمَــــــــنِ الرَّحِيْــــــــمِ

Simak kisah berikut ini..!

Inilah Kisah Lalat Yang Menyebabkan Seseorang Masuk Neraka

Pernah dengar kisah ini? Atau pernah baca sebelumnya? Kisah yang mungkin sepele bagi seseorang namun akibatnya adalah sangat fatal pada kehidupan setelahnya (kehidupan akhirat). Seekor lalat ternyata dapat menyebabkan seseorang masuk ke dalam Neraka. Semoga kalian mendapatkan ibrah dari kisah ini dan semakin menguatkan keimanan dengan membaca kisah ini karena ini berkaitan dengan ketauhidan seseorang. Bacalah baik-baik kisah berikut ini.

Berkata Asy Syaikh Rahimahullahu Ta’ala :

Firman Allah I :

قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين، لاشريك له وبذلك أمرت وأنا أول المسلمين

“Katakanlah, bahwa sesungguhnya shalatku, penyembelihanku, hidupku dan matiku hanya semata-mata untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagiNya, demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri ( kepada Allah )” ( QS. Al An’am : 162-163).

فصل لربك وانحر

“Maka dirikanlah sholat untuk Rabbmu, dan sembelihlah korban (untukNya)” ( QS. Al Kautsar : 2 )

Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu berkata :

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku tentang empat perkara :

لعن الله من ذبح لغير الله، لعن الله من لعن والديه، لعن الله من آوى محدثا، لعن الله من غير منار الأرض

“Allah melaknat orang-orang yang menyembelih binatang bukan kerena Allah, Allah melaknat orang-orang yang melaknat kedua orang tuanya, Allah melaknat orang-orang yang melindungi orang yang berbuat kejahatan, dan Allah melaknat orang-orang yang merubah tanda batas tanah” ( HR. Muslim )

Thoriq bin Syihab radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

دخل الجنة رجل في ذباب, ودخل النار رجل في ذباب، قالوا : وكيف ذلك يا رسول الله ؟، قال : مر رجلان على قوم لهم صنم لا يجوزه أحد حتى يقرب له شيئا، فقالوا لأحدهما قرب، قال : ليس عندي شيء أقرب، قالوا له : قرب ولو ذبابا، فقرب ذبابا فخلوا سبيله فدخل النار، وقالوا للآخر : قرب، فقال : ما كنت لأقرب لأحد شيئا دون الله U، فضربوا عنقه فدخل الجنة . (رواه أحمد

“Ada seseorang yang masuk sorga karena seekor lalat, dan ada lagi yang masuk neraka karena seekor lalat pula, para sahabat bertanya : ‘Bagaimana itu bisa terjadi ya Rasulullah’, Rasul menjawab : “Ada dua orang berjalan melewati sekelompok orang yang memiliki berhala, yang mana tidak boleh seorangpun melewatinya kecuali dengan mempersembahkan sembelihan binatang untuknya lebih dahulu, maka mereka berkata kepada salah satu diantara kedua orang tadi : ‘Persembahkanlah sesuatu untuknya’, ia menjawab : ‘Saya tidak mempunyai apapun yang akan saya persembahkan untuknya’, mereka berkata lagi : ‘Persembahkan untuknya walaupun dengan seekor lalat’, maka iapun persembahkan untuknya seekor lalat, maka mereka lepaskan ia untuk meneruskan perjalanannya, dan iapun masuk kedalam neraka karenanya, kemudian mereka berkata lagi pada seseorang yang lain : ‘Persembahkalah untuknya sesuatu’, ia menjawab : ‘Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apapun untuk selain Allah, maka merekapun memenggal lehernya, dan iapun masuk kedalam surga’” ( HR. Ahmad ).

Pelajaran yang dapat diambil dari kisah dalam bab ini :

1- Penjelasan tentang makna ayat قل إن صلاتي ونسكي …

2- Penjelasan tentang makna ayat فصل لربك وانحر ….

3- Orang yang pertama kali dilaknat oleh Allah berdasarkan hadits diatas adalah orang yang menyembelih karena selain Allah.

4- Dilaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya, hal itu bisa terjadi bila ia melaknat kedua orang tua seseorang, lalu orang tersebut melaknat kedua orang tuanya.

5- Dilaknat orang yang melindungi pelaku kajahatan, yaitu orang yang memberikan perlindungan kepada seseorang yang melakukan kejahatan yang wajib diterapkan kepadanya hukum Allah.

6- Dilaknat pula orang yang merubah tanda batas tanah, yaitu merubah tanda yang membedakan antara hak milik seseorang dengan hak milik tetangganya, dengan digeser maju atau mundur.

7- Ada perbedaan antara melaknat orang tertentu dengan melaknat orang-orang ahli maksiat secara umum.

8- Adanya kisah besar dalam hadits ini, yaitu kisah seekor lalat.

9- Masuknya orang tersebut kedalam neraka disebabkan karena mempersembahkan seekor lalat yang ia sendiri tidak sengaja berbuat demikian, tapi ia melakukan hal tersebut untuk melepaskan diri dari perlakuan buruk para pemuja berhala itu.

10- Mengetahui kadar kemusyrikan yang ada dalam hati orang orang mukmin, bagaimana ketabahan hatinya dalam menghadapi eksekusi hukuman mati dan penolakannya untuk memenuhi permintaan mereka, padahal mereka tidak meminta kecuali amalan lahiriyah saja.

11- Orang yang masuk neraka dalam hadits ini adalah orang Islam, karena jika ia orang kafir, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan bersabda : “ … masuk neraka karena sebab lalat …”

12- Hadits ini merupakan suatu bukti bagi hadits shoheh yang mengatakan :

” الجنة أقرب إلى أحدكم من شراك نعله والنار مثل ذلك “

13- “Sorga itu lebih dekat kepada seseorang dari pada tali sandalnya sendiri, dan neraka juga demikian”
14- Mengetahui bahwa amalan hati adalah tolok ukur yang sangat penting, walaupun bagi para pemuja berhala. 

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>ooOoo<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

05-06-2013

 "Jangan Hasad dan Jangan Lemah oleh Hasad"

بِسْــــــــــــــــمِ اللّــــهِ الرَّحْمَــــــــنِ الرَّحِيْــــــــمِ

Penyakit berat yang mengancam kehidupan kita adalah hasad atau dengki.
Hasad adalah tidak suka dengan kebaikan yang ada pada orang lain, bahkan dia ingin agar kebaikan itu hilang dari orang tsb.

Dikatakan bhw pd setiap manusia tidak ada yang sepi dari sifat hasad. Hanya saja ada yg dapat menahannya, tapi ada yg tdk dapat membendungnya.
Karena itu kita diperintahkan untuk sering2 berlindung dari penyakit hasad dan dari orang hasad.

Sebab jika hasad sudah bersarang di hati, dari sana lahir berbagai keburukan dan perbuatan nista...

Dan orang yg paling rugi atas sifat hasad adalah orang yang hasad itu sendiri. Baik thd dirinya, maupun agamanya.
Dalam sejarahnya, pembangkangan dan permusuhan sumbernya adalah hasad.
Iblis membangkang kpd Allah, krn hasad thd Nabi Adam, mengapa dia yg terbuat dari api bersujud kpd Adam yg terbuat dari tanah (Al-A'raf 12).

Qabil membunuh habil karena hasad terhadap saudaranya yang mendapat isteri lebih cantik darinya dan kurbannya diterima sedang dia tidak.
Perhatikan bagaimana kejinya perbuatan saudara2 Nabi Yusuf kpd adiknya yg masih kecil. Tak lain krn hasad mereka thd NabiYusuf…

Kaum Yahudi yang hasad thd Rasulullah saw dan bangsa Arab yg mendapatkan kemuliaan akhir kenabian melahirkan sekian banyak perbuatan nista.
Abdullah bin Ubay bin Salul yang hasad dengan kemuliaan Rasulullah saw, menjadikannya sbg gembong munafik dg segala perbuatan liciknya…

Begitulah seterusnya, hasad tidak pernah sepi dari kehidupan manusia.

Benarlah jika dikatakan bahwa hasad memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar.

Hasad membuat gelap mata, yg tampak hanyalah keburukan orang yg didengki. Tidak sedikitpun kebaikan dia akui, walau sebenarnya banyak.
Hasad lahir karena kehidupan yg lebih berorientasi dunia, materi, pamor, popularitas, kedudukan dan jabatan…dll.

Hasad dapat menjangkiti siapa saja, tak terkecuali orang yang sedang berada di jalan dakwah sekalipun…
Rasulullah saw tdk khawatir dg kefakiran umatnya. Dia justeru khawatir ketika pintu2 dunia terbuka...

Lalu umatnya saling berlomba2 mengejar dunia, saling sikut dan saling dengki..(HR. Muslim)
Mari periksa lagi diri kita dari sifat hasad berlindunglah kpd Allah dari penyakit yg satu ini..
Biasakan melapangkan dada kita thd kebaikan2 yg dimiliki saudara2 kita. Bahkan kita ikut gembira dg kegembiraan mereka...

Obat hasad paling mujarab adalah kembali kpd Allah, mengingat kematian dan berharap kemuliaan dariNya serta tdk berorientasi duniawi semata.
Jika ada org yg hasad thd kita, juga jangan terlalu sedih dan galau. Krn org2 yg lebih mulia dari kita pun tetap ada yg hasad kpdnya..

Berlindunglah kpd Allah dari org yg hasad. Kemudian tetaplah berjalan di jalan kebaikan. Jangan sekali2 kebaikan kita hentikan krn hasad org lain.
Cukuplah ketenangan, keteguhan serta senyum kita membuat org yg hasad kian menderita. Penderitaan yg tak berpahala, justeru berdosa.

Jangan balas hasad dg hasad. Balaslah dg doa, ucapan baik, dan menebar cinta.

Jangan terlalu berharap org yg hasad akan berubah... Ini memang jenis penyakit yg sulit dihilangkan. Yg penting diri kita tetap ajeg dan kuat..

Kata Mu'awiyah ra: "Semua permusuhan mudah dipadamkan. Kecuali permusuhan yang sumbernya adalah hasad."

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>ooOoo<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

03-05-2013

Ghibah. (Bergunjing)
بِسْــــــــــــــــمِ اللّــــهِ الرَّحْمَــــــــنِ الرَّحِيْــــــــمِ

Terkadang kita berpikiran bahwa kita sudah berusaha membebaskan diri dari makanan haram, seperti daging babi, alcohol dll. Tapi sungguh kadang dengan “ringan”nya kita seolah sedang memakan daging bangkai saudara kita sendiri…!!!! berapa daging bangkai?, 2 atau 1kah 3 dalam sehari? Astaghfirullohaladziem.

Kenapa?
Marilah kita simak firman Allah dalam QS Al Hujurot yang artinya sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang . (QS Al-Hujurat:12)

Demikianlah, Allah mengumpamakan antara menggunjing (ghibah) dengan orang yang memakan daging bangkai saudaranya sendiri.

Lalu Apakah ghibah itu ?

Sesuai apa yang diterangkan Nabi Muhammad SAW: pada Hadits Riwayat Muslim, Abu Daud : Nabi Muhammad SAW bersabda : “Tahukah kamu apa ghibah itu ? Jawab sahabat : Allahu warasuluhu a’lam (Allah dan Rasulullah yang lebih tahu).

Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda: Menceritakan hal saudaramu yang ia tidak suka diceritakan pada orang lain.
Lalu Sahabat bertanya: Bagaimana jika memang benar sedemikian keadaan saudaraku itu ? Jawab Nabi Muhammad SAW : “Jika benar yang kau ceritakan itu, maka itulah ghibah, tetapi jika tidak benar ceritamu itu, maka itu disebut buhtan (tuduhan palsu, fitnah) dan itu lebih besar dosanya”.

Dalam kitab al adzkar , Imam AnNawawy memberikan definisi : ‘Ghibah, adalah menyebutkan hal-hal yang tidak disukai orang lain, baik berkaitan kondisi badan, agama, dunia,jiwa, perawakan, akhlak, harta, istri, pembantu, gaya ekspresi rasa senang, rasa duka dan sebainya, baik dengan kata-kata yang gamblang,
isyarat maupun kode. Di era sekarang ini, meng-ghibah (bukan hibah loh…) dapat dilakukan dengan tulisan, sms, email, bahkan lewat bahasa tubuh-pun bisa.

Adapun kalau sekedar membathin, belum bisa disebut ghibah, meskipun hal ini juga termasuk prasangka. Dalam QS Al Hujurat ayat 12 tadi disebutkan bahwa ber-prasangka pun kita sebaiknya berhati-hati, karena sebagian dari prasangka adalah dosa.
Dalam hal ini adalah prasangka yang buruk (su’u dzon). Sebaliknya kita dianjurkan untuk selalu berkhusnudzon atau prasangka yang baik.Ghibah dikatakan mempunyai dosa ganda. Karena selain kita harus memohon ampun kepada Allah, dan allah maha pengampun atas dosa-dosa kita. Namun, kita juga harus meminta maaf kepada orang kita gunjing tersebut, ini yang terkadang menjadi sulit bagi diri kita. Apalagi jika yang kita gunjing jumlahnya banyak sekali, naudzubillahi min dzaalik.

Dalam Sebuah hadit dari abu Hurairoh, Nabi Muhammad SAW bersabda :
Barangsiapa bersalah kepada saudaranya maka kita harus minta maaf kepada dia sebelum meninggal, karena jika tidak, maka amal kita akan dilimpahkan kepadanya, atau jika kita tak memiliki amal, maka amal buruk dia akan dilimpahkan kepada kita. Na’udzubillahimindzaalik.

Lalu, Apakah ghibah haram 100 persen?

Untuk beberapa kondisi, kita diperbolehkan untuk ber-ghibah, yaitu:
  1. Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan kezaliman orang yang menzhaliminya kepada seorang penguasa atau hakim atau kepada orang yang berwenang memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya.
  2. Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang berbuat maksiat kembali ke jalan yang benar. Pembolehan ini dalam rangka isti’anah (minta tolong) untuk mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang bermaksiat ke jalan yang hak. Selain itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar. Setiap muslim harus saling bantu membantu menegakkan kebenaran dan meluruskan jalan orang-orang yang menyimpang dari hukum-hukum Allah, hingga nyata garis perbedaan antara yang haq dan yang bathil.
  3. Istifta’ (meminta fatwa) akan sesuatu hal. Walaupun kita diperbolehkan menceritakan keburukan seseorang untuk meminta fatwa, untuk lebih berhati-hati, ada baiknya kita hanya menyebutkan keburukan orang lain sesuai yang ingin kita adukan, tidak lebih.
  4. Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan contohnya: Apabila kita melihat seorang penuntut ilmu agama belajar kepada seseorang yang fasik atau ahli bid’ah dan kita khawatir terhadap bahaya yang akan menimpanya. Maka kita wajib menasehati dengan cara menjelaskan sifat dan keadaan guru tersebut dengan tujuan untuk kebaikan semata.
  5. Menceritakan kepada khalayak tentang seseorang yang berbuat fasik atau bid’ah seperti, minum-minuman keras, menyita harta orang secara paksa, memungut pajak liar atau perkara-perkara bathil lainnya. Ketika menceritakan keburukan itu kita tidak boleh menambah-nambahinya dan sepanjang niat kita dalam melakukan hal itu hanya untuk kebaikan
  6. Bila seseorang telah dikenal dengan julukan si pincang, si pendek, si bisu, si buta, atau sebagainya, maka kita boleh memanggilnya dengan julukan di atas agar orang lain langsung mengerti. Tetapi jika tujuannya untuk menghina, maka haram hukumnya. Jika ia mempunyai nama lain yang lebih baik, maka lebih baik memanggilnya dengan nama lain tersebut.


Marilah kita berdo’a dan berusaha agar lebih dapat menjaga lidah dan hati kita..
​آمين يـَارَبَّ الْعَالَميـْنَ
Moga Bermanfaat bagi pribadi dan para pembaca…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar